GenPI.co Kepri - Virus covid-19 varian Omicron dikenal sebagai varian yang paling cepat penyebarannya. Namun, cepatnya penularan varian Omicron ini diikuti pula dengan cepatnya penurunan kasusnya.
Hal itu diungkapkan oleh Juru bicara Satgas COVID-19 dari RS Universitas Sebelas Maret (UNS) dr. Tonang Dwi Ardiyanto Sp PK., PhD.
Dia mengatakan, meski angka penularannya cepat, tetapi angka perawatan pasien di rumah sakit masih signifikan di bawah gelombang Delta pada Juli 2021 lalu.
BACA JUGA: Dokter: Anak Pendek Bukan Berarti Stunting
Menghadapi pandemi COVID-19 selama dua tahun belakangan ini, para ahli kesehatan sudah lebih memahami pola-pola dan karakteristik penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 tersebut.
“Meski kecepatan penularan varian Omicron lebih cepat dari Delta, ada harapan puncak Omicron juga akan dengan lebih cepat bergerak ke melandai tanpa harus banyak pasien yang dirawat maupun menelan korban jiwa. Tak seperti gelombang Delta,” katanya.
BACA JUGA: BKKBN: Butuh Alat Untuk Diagnosis Stunting Lebih Akurat
Dia mengungkapkan, subvarian Omicron BA.1, memiliki karakteristik cepat berkembang di saluran pernapasan, tapi lambat berkembang di paru-paru.
"Inilah yang kami duga menjadi salah satu faktor gejala yang dialami pasien terinfeksi Omicron cenderung lebih ringan dari pada varian Delta. Tapi kita patut khawatir dengan subvarian Omicron BA.2 yang kemampuan berkembang di paru-paru bisa mendekati kemampuan Delta," kata dia.
BACA JUGA: Covid-19 di Batam Tembus 2.000 Kasus, Kecamatan Ini Paling Banyak
Diakui oleh dr. Tonang, rata-rata derajat keparahan penyakit pada pasien terinfeksi Omicron ini lebih ringan daripada varian Delta tahun lalu.