Kisah Mualaf: Tertarik dengan Islam karena Nyaman Bergaul

Kisah Mualaf: Tertarik dengan Islam karena Nyaman Bergaul - GenPI.co KEPRI
Cindy Eka Ratnasari atau Inaayah, menjadi mualaf karena awalnya nyaman bergaul dengan teman-temannya yang muslim. Foto: Inaayah untuk GenPI.co Kepri.

Pulang ke Batam aku lalu mulai belajar mengenal Islam dari tetangga dekat rumah. Aku pun menjadi mualaf pada 2 November 2006. Saat itu aku baru saja lulus SMA.

Awal menjadi mualaf, hidupku pahit. Apalagi keluargaku bangkrut habis-habisan. Godaan yang menggoyahkan iman sangat banyak, yang paling utama itu ekonomi.

Semua mualaf itu biasanya terbuang dari keluarga. Aku juga. Saat baru masuk Islam aku tidak diakui sebagai anak oleh Papa.  Barulah di tahun ketujuh aku menjadi mualaf papaku luluh.

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Sering Lihat Orang Salat Memotivasi Belajar Islam

Aku kemudian menikah dengan laki-laki muslim. Ekonomi kami cukup berat, untuk menambah penghasilan aku berjualan kue.

Aku mulai benar-benar kuat dan merasa keimananku kokoh antara tahun 2016 dan 2017. Saat itu aku mondok di salah satu pesantren di Bantul, Yogyakarta.

BACA JUGA:  Keajaiban Ramadan: Lulus PPPK Setelah 7 Tahun Jadi Pendidik

Meski sudah lama menjadi mualaf, tapi sampai sekarang aku masih terus belajar. Belajar mengaji dan belajar ibadah-ibadah lainnya.

Harus diakui aku merasa kesulitan belajar bahasa Arab saat membaca Al Quran, sehingga aku biasanya mempelajari surat-surat pendek misalnya, dari tulisan latin.

BACA JUGA:  Keajaiban Ramadan: Alhamdulillah, Banjir Pesanan Kue Nastar

Mesipun aku masih terus belajar, namun aku juga ingin memberikan manfaat untuk orang di sekitarku, dan tentu agamaku.

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya