Air dan Tanah di Kepri Dibawa dalam Ritual di IKN

14 Maret 2022 13:00

GenPI.co Kepri - Para Gubernur se-Indonesia akan berkemah di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur, bersama Presiden Joko Widodo. Menghadiri agenda itu, Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad membawa tanah dari Daik-Lingga dan air dari Pulau Penyengat-Tanjung Pinang.

Sebagai syarat ritual, tiap gubernur memang diminta membawa tanah dan air dari daerahnya masing-masing. Para gubernur juga diminta untuk mengenakan pakaian adat masing-masing selama kegiatan berlangsung.

"Sesuai masukan dan saran dari para tetua adat di Kepri, kami putuskan membawa 2 kilogram tanah yang diambil dari Daik, dan 1 liter air sumur dari Balai Adat Pulau Penyengat," kata Ansar.

BACA JUGA:  Kepri Punya 77 Warisan Budaya Tak Benda, Batam Belum Termasuk

Dia mengatakan air dan tanah yang dibawanya akan digunakan dalam ritual adat di IKN Nusantara. Ritual ini diyakini mengandung makna filosofis agar selalu mengingat asal-muasal nenek moyang dan mempertahankan kearifan leluhur yang sudah ada di bumi Nusantara.

Alasan mengambil tanah yang diambil dari Daik karena berada di lokasi struktur cagar budaya bekas tapak Istana Damnah yang dibangun pada tahun 1860 semasa Kesultanan Lingga-Riau Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II (1857-1883).

BACA JUGA:  Gubernur Kepri Surati Menteri, Isinya Bahas Travel Bubble

Serta dibantu oleh yang Dipertuan Muda Riau X Raja Muhammad Yusuf Al – Ahmadi beserta Pemaisurinya (isteri) Tengku Embung Fatimah.

“Tanah yang dibawa diambil lokasi tepat di Balai Bertitah (Singgasana) tempat Balai Pemerintahan Sultan yang merupakan Balai Bagian Bekas Istana Sultan Lingga-Riau terakhir di Daik,” kata dia.

BACA JUGA:  Siap-siap! Berikut Jadwal dan Lokasi MTQ tingkat Provinsi Kepri

Ansar mengungkapkan, sesuai sejarahnya, Istana Damnah tahta pemerintahannya ketika itu diteruskan oleh Tengku Embung Fatimah (1883-1883) sebagai pemerintahan sementara sampai dinobatkannya Anandanya Raja Abdul Rahman menjadi Sultan Lingga-Riau pada Tahun 1875 dengan gelar Sultan Abdulrahman Muazzam Syah (1885-1991) yang merupakan Sultan Lingga-Riau terakhir.

"Berdasarkan sejarah, sumber tanah yang kami bawa ini sangat erat kaitannya dengan sejarah dan nilai-nilai leluhur Melayu di Kepri," kata Ansar.

Adapun alasan membawa air dari sumur Balai Adat Pulau Penyengat, menurutnya, dikarenakan banyak yang mengatakan bila seseorang ke Tanjung Pinang, Kepri, belum lengkap jika belum bertandang ke Pulau Penyengat serta minum atau sekadar cuci muka menggunakan air di pulau tersebut.

Bahkan saat ini situs-situs bersejarah yang ada di Pulau Penyengat sedang diusulkan kepada UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan dan Kebudayaan) untuk menjadi situs warisan dunia.

Air tawar itu hingga saat ini tetap bisa dinikmati oleh masyarakat setempat dan para wisatawan yang datang berkunjung.

“Ada beberapa sumur di Penyengat dan salah satunya adalah yang berada di bawah gedung Balai Adat Pulau Penyengat yang berfungsi sebagai tempat untuk menyambut tamu atau mengadakan perjamuan bagi orang-orang penting," katanya.

Sumur yang dimaksud oleh Ansar tersebut hanya memiliki kedalaman sekitar 2,5 meter. Meski demikian tidak pernah kering sepanjang tahun walaupun di musim kemarau.

Selain itu, air sumur yang ditemukan sejak abad ke-16 itu tidak masin seperti kebanyakan sumber air yang berada dekat laut, walaupun sumur tersebut terletak hanya sekitar 30 meter dari pantai. (ant/*)

Redaktur: Fathur Rohim
air   tanah   Kepri   dibawa ke IKN   tetua adat  

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KEPRI