Begini Tantangan Tangani Stunting di Kepri, Kata Gubernur

07 Juni 2022 14:25

GenPI.co Kepri - Gubernur Kepri Ansar Ahmad ungkap tantangan tangani stunting. Khususnya di daerah yang berada di kawasan pesisir dan pulau-pulau terluar.

"Itu salah satu kendala yang kami hadapi, sebab warga tinggal di pulau terpisah-pisah," ujarnya, Senin (6/6).

 Ansar mengatakan Kepri terdiri dari sekitar 2.804 pulau yang tersebar di tujuh kabupaten anakkota, di mana 70 persen di antaranya diklaim berpenghuni.

BACA JUGA:  Dokter: Anak Pendek Bukan Berarti Stunting

Inilah yang memerlukan kerja keras semua pihak terkait untuk menjangkau warga pulau-pulau dalam rangka menurunkan sekaligus mencegah stunting.

Warga di daerah pesisir dan pulau-pulau terluar rentan melahirkan anak dengan stunting karena dua faktor, yaitu pendidikan dan ekonomi.

BACA JUGA:  BKKBN: Butuh Alat Untuk Diagnosis Stunting Lebih Akurat

"Rendahnya pendidikan orangtua tentang stunting, lalu ditambah masalah ekonomi keluarga dalam pemenuhan asupan gizi, berpotensi memicu anak lahir dalam kondisi stunting," ujar Ansar.

Ansar meminta seluruh kabupaten kota untuk melakukan intervensi pemenuhan gizi masyarakat, terutama terhadap kaum ibu hamil guna menekan angka kelahiran anak stunting.

BACA JUGA:  Duh, 3.356 Anak di Batam Stunting, Sebegini Target Penurunannya

Di samping itu, juga mendorong dinas kesehatan memaksimalkan pemberian imunisasi lengkap pada anak sebagai langkah dini pencegahan stunting, serta upaya meningkatkan imun tubuh dari berbagai macam penyakit berbahaya lainnya.

"Kita sekarang tengah memetakan daerah rentan dan tinggi penderita stunting. Sehingga, bisa diambil langkah penanganan cepat dan maksimal," ucap Ansar.

Kendati demikian, Ansar tetap optimistis dapat menurunkan angka stunting di Kepri sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

"Sekarang masih 17 persen. 2024, kita optimis turun jadi 14 persen," sebut Ansar.

Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kepri Rohina menyatakan pemerintah menaruh perhatian besar terhadap stunting.

Hal ini mengingat pemerintah pusat menargetkan 2045 Indonesia bebas stunting untuk menciptakan generasi emas, sehat dan cerdas.

Rohina menyebut stunting memicu pertumbuhan anak jadi tidak normal seperti pendek dan kurus, dan gampang sakit.

Anak penderita stunting juga rentan terserang diabetes dan jantung saat sudah memasuki usai tua.

Ia mengatakan stunting disebabkan dua hal utama, pertama kurangnya pengetahuan orangtua tentang pemenuhan gizi saat hamil dan menyusui, atau seminggu hari pertama kehidupan.

Kedua, akibat lingkungan yang tak ada sanitasi atau jamban keluarga, dan sulitnya mendapat akses air bersih. (ant/*)

Redaktur: Asrul Rahmawati

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KEPRI