Hati-hati, Obesitas pada Anak Bisa Sebabkan Komplikasi, Kok Bisa?

06 Maret 2022 20:00

GenPI.co Kepri - Obesitas merupakan penyakit yang terjadi karena asupan energi dan pengeluaran energi tidak seimbang.

Hal itu mengakibatkan kelebihan energi disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas pada anak ternyata rentan mengakibatkan penyakit yang sukar dikelola.

Ada beberapa gejala klinis yang bisa dikenali dari seorang anak yang menderita obestias.

BACA JUGA:  Bunda, Ini Tips Menghadapi Baby Shaming, Coba Yuk!

Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Winra Pratita mengatakan gejala-gejala itu di antaranya wajah membulat, dagu rangkap, pipi tembem, leher tampak pendek.

Kemudian ada bercak kehitaman di belakang leher yang dalam bahasa medis disebut acanthosis nigricans.

BACA JUGA:  Ketagihan Mie Instan? Atasi dengan Tips Jitu Ini

Tidak hanya itu, gejala atau tanda-tanda juga dapat dilihat pada bagian dadanya yang terlihat membusung dan payudara membesar.

Selain itu, napas juga berbunyi (mengi). Perut juga membuncit dengan dinding perut berlipat-lipat.

BACA JUGA:  Tips Menjaga Kesehatan Mental, Coba Biar Tetap Waras!

Untuk kasus yang ekstem, sering juga tungkainya berbentuk X akibat kenaikan berat badan yang berlebihan dalam waktu singkat.

“Kemudian gerakan panggul terbatas, dan pada sistem reproduksi laki-laki penis tampak kecil,'' katanya, dalam konfrensi pers secara virtual di Jakarta, Rabu (2/3), dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan.

Dr Winra mengatakan, obesitas pada anak dapat menyebabkan komplikasi, salah satunya anak cepat depresi dan percaya dirinya menjadi rendah.

Di bagian paru-paru, anak bisa mengalami asma atau sleep apnea pada saat tidur. Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang menyebabkan anak mengorok saat tidur, hal itu menunjukkan pernapasan berhenti selama beberapa kali.

Anak obesitas juga dapat mengalami kelainan jantung atau kolestrol tinggi dan peningkatan tekanan darah.

Di bagian hati juga dapat terjadi perlemakan, sedangkan di bagian perut anak bisa mengalmi gerd. Selain itu, kaki juga bisa menjadi bengkok akibat penimbunan berat badan.

“Pankreas juga bisa beresiko diabetes tipe 2. Lutut juga bisa terjadi artritis atau nyeri pada sendi,” ujarnya.

Untuk mencegahnya, pada bayi usia 0-12 bulan, ibu didorong memberikan ASI ekslusif sampai 6 bulan.

Kemudian anak diberi MPASI dengan cara yang benar. Sebaiknya orang tua didorong memberikan anak aneka makanan baru untuk menghindari minuman manis.

Pada bayi 12-24 bulan anak harus dihindarkan dari minuman manis. Setiap anggota keluarga harus dibiasakan makan bersama di meja makan kemudian televisi dimatikan selama proses makan.

''Orang tua tidak boleh membatasi jumlah makan tapi memastikan bahwa makanan yang tersedia sehat serta disertai buah dan sayuran,” ujar dr Winra.

Makanan selingan hanya boleh diberikan sebanyak 2 kali dan hanya boleh minum air putih saat haus bukan minuman manis.

"Untuk camilan, jangan beri anak makanan berkalori tinggi. Anak harus diajarkan untuk aktif secara fisik," ujarnya. (*)

Redaktur: Asrul Rahmawati

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KEPRI