GenPI.co Kepri - Selingkuh ternyata bukan hanya faktor keadaan, tapi ternyata seseorang dapat selingkuh karena kondisi otaknya.
CEO Stress Management Indonesia Coach Pris, menyebutkan perselingkuhan memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan kesehatan otak dan kondisi mental seseorang.
Jadi, selingkuh itu tidak semata meninggalkan istri demi wanita yang lebih cantik, atau meninggalkan suami demi pria yang lebih mapan.
“Kondisi mental seseorang, termasuk selingkuh, memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan otaknya,” kata Pris dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/10).
Pris memberikan kiat untuk mencegah terjadinya perselingkuhan, salah satunya sebaiknya pasangan saling mengenal kondisi satu sama lain sebelum menikah.
Hal ini bertujuan untuk memahami kondisi pasangannya dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki kondisi.
Menurut dia, dengan tahu alasan seseorang berselingkuh, perselingkuhan dapat diatasi mulai dari akarnya.
Berikut ini 3 alasan berbasis neurosains seseorang dapat selingkuh.
Berdasarkan penemuan ahli saraf, perasaan jatuh cinta dan tergila-gila tidak bertahan selamanya.
Setelah enam bulan hingga dua tahun, rasa cinta yang menggebu-gebu berubah menjadi cinta dan komitmen yang lebih dalam.
Namun, dalam kurun waktu tersebut kadang juga terjadi keputusan untuk melepaskan diri atau berpisah.
Kurangnya euforia perasaan yang menggebu-gebu inilah yang mendorong seseorang mencari pasangan lain. Tujuannya untuk menciptakan kembali intensitas cinta yang tinggi.
Testosteron merupakan gabungan dari suasana hati, motivasi, dan seksualitas. Tingkat testosteron yang tinggi dikaitkan dengan empati yang lebih rendah dan hawa nafsu yang tinggi.
Hal itulah yang bisa menjadi alasan seseorang untuk berselingkuh.
Sebuah studi tahun 2019 menemukan pria dengan kadar testosteron tinggi lebih mungkin untuk melakukan perselingkuhan daripada pria dengan kadar testosteron yang lebih rendah.
Sirkuit kontrol diri adalah sistem penyeimbang antara bagian otak limbik yang memotivasi untuk mencari aktivitas yang menyenangkan.
Serta pada bagian otak korteks prefrontal (PFC) yang membuat seseorang berpikir dua kali sebelum terlibat dalam perilaku berisiko, seperti perselingkuhan.
Namun, ketika aktivitas PFC rendah, terjadi ketidakseimbangan, hal ini menyebabkan seseorang menyerah pada keinginan impulsif tanpa memikirkan konsekuensinya. (ant)