GenPI.co Kepri - Perceraian tak hanya memberikan efek terhadap hubungan antara suami dan istri, namun efek perceraian juga merugikan kesehatan.
Berikut efek perceraian memang sangat merugikan kesehatan. Baik kesehatan fisik maupun mental.
Berbagai emosi negatif yang terjadi akibat perceraian dapat bertahan hingga beberapa minggu, bulan, bahkan hingga tahunan. Hal ini kemungkinan bisa mengakibatkan depresi.
Pada beberapa kasus, perceraian juga kadang disertai dengan efek samping sulit tidur.
Hal ini bisa memperparah stres, atau bahkan diperparah oleh stres, yang kemudian meningkatkan risiko depresi. Perceraian juga sering membuat orang-orang mengalami mimpi buruk.
Perceraian membuat stres, bahkan bisa depresi. Kedua kondisi ini dapat menjadi faktor penyebab berat badan bertambah tanpa disadari.
Setiap orang memiliki respon stres yang berbeda, tapi pada umumnya makan berlebihan adalah pelampiasan emosi yang paling umum.
Bagi yang lain, rasa sedih, tak bergairah atau bad mood selama masa ini justru memberikan efek sebaliknya.
Stres bisa membuat selera makan beberapa orang hilang. Perceraian membuat orang merasa putus asa sehingga membuat orang tidak bergairah, termasuk soal selera makan.
Dilansir dalam laman Prevention, efek menjalani proses perceraian dapat meningkatkan risiko terhadap sindrom metabolik. Sindrom ini bersumber dari stres yang terjadi usai perceraian.
Kadar hormon stres yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah, gula darah, kolesterol, hingga meningkatkan cadangan lemak perut yang berbahaya.
Sebuah penelitian dalam Archives of Internal Medicines menemukan bahwa wanita yang bercerai lebih mungkin mengalami sindrom metabolik daripada wanita yang pernikahannya baik-baik saja.
Efek perceraian berupa stres bisa membuat seseorang mudah gelisah. Bukan hanya karena kewalahan mengurus proses dan segala birokrasinya, tapi juga karena akan kehilangan partner dalam hidup juga menghadapi masa depan baru yang sama sekali tidak terduga.
Ditambah lagi, ada banyak ketidakpastian yang dirasakan yang membuat orang tersebut merasa tidak aman.
Beberapa orang mungkin harus menghadapi situasi baru, seperti pindah rumah, mencari pekerjaan baru, bertahan hidup dengan kondisi ekonomi yang lebih sulit daripada sebelum bercerai.
Perubahan besar dalam hidup inilah yang kemudian memengaruhi kondisi psikologis seseorang menjadi lebih gelisah dan mudah cemas.
Journal of Marriage and Family melaporkan bahwa pria dan wanita paruh baya yang telah bercerai memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan orang yang masih menikah di usia yang sama.
Dalam kasus ini wanita lebih mudah mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan laki-laki, sebab ditemukan tingkat peradangan lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria.
Peradangan memiliki hubungan erat dengan kondisi stres. Penelitian dalam jurnal Circulation: Cardiovascular Quality and Outcomes juga menemukan bahwa wanita yang mengalami perceraian memiliki risiko serangan jantung 24 persen lebih tinggi.
Sementara itu, wanita yang pernah bercerai lebih dari satu kali mengalami peningkatan risiko serangan jantung hingga 77 persen. (Hellosehat)