Pandemi Ganggu Kesehatan Jiwa Masyarakat, Duh Angkanya Berlipat!

17 Mei 2022 08:00

GenPI.co Kepri - Pandemi Covid-19 memberikan dampak bagi masyarakat. Salah satunya menggangu kesehatan jiwa masyarakat. Angka prevalensinya meningkat Berlipat-lipat.

Direktur Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan drg. Vensya Sitohang mengatakan dampak yang terjadi gara-gara pandemi pada sebagain orang menyebaban gangguan mental neurologis dan penggunaan zat.

''Kondisi pandemi (Covid-19) memperparah ataupun semakin mempengaruhi kesehatan jiwa,'' kata dr Vensya pada konferensi pers di Hotel Conrad, Bali, Jumat (13/5) dikutip dari laman resmi Kemenkes RI.

BACA JUGA:  Pandemi Covid-19 Turut Berdampak pada Kesehatan Mental

Ia menyebutkan, angka prevalensinya meningkat 1 sampai 2 kali lipat dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19.

“Kelompok yang terpapar dengan gangguan jiwa pun berbeda-beda,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Menanti Istilah yang Digunakan WHO Kala Pandemi Covid-19 Usai

Psikiater Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ (K) menjelaskan kelompok orang yang terpapar gangguan jiwa itu berbeda-beda dan memiliki penatalaksanaan yang berbeda pula.

Kelompok yang pertama adalah mereka yang sebenarnya normal sebelumnya atau tidak ada masalah kesehatan jiwa kemudian menjadi memiliki masalah sampai mengalami gangguan jiwa.

BACA JUGA:  Mental Rentan Memburuk Saat Pandemi, Jauhi 6 Kebiasaan Ini

Kelompok kedua adalah mereka yang memang sejak awal sudah mengalami masalah kesehatan jiwa.

“Sebagai contoh kita bicara tentang mereka yang sudah tinggal dengan kekerasan di rumah tangga,” kata dia.

Kondisi pandemi membuat mereka menjadi begitu dekat dengan pelakunya terus-menerus di rumah tangga, sehingga masalah gangguan jiwanya menjadi lebih besar.

Kelompok ketiga adalah mereka yang memang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan fisik dan mengalami kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan.

“Sehingga sangat wajar kalau merasa cemas yang kemudian kankernya tambah berat, hipertensi, jantung, dan sebagainya menjadi berat,” terangnya.

Demikian oula dengan orang yang telah mengalami gangguan jiwa dan tidak memiliki akses pengobatan.

Kelompok terakhir adalah kelompok yang terutama banyak ditemukan di bulan Juli 2021 saat terjadi gelombang kedua pandemi Covid-19.

Menurut dr Hervita, Ketika masalah oksigen langka sementara asupan oksigen ke otak itu kurang, bisa saja pada akhirnya menyebabkan gangguan jiwa yang menetap.

''Masalah bunuh diri sebagai contoh, di 5 bulan awal pandemi COVID-19 datang, survei mengatakan bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup,” ujarnya.

Selanjutnya 1 tahun pasca pandemi oleh survei yang berbeda didapatkan data 2 dari 5 orang memikirkan untuk bunuh diri.

“Dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar 1 dari 2 orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup,'' kata dr. Hervita.

Saat ini kesehatan mental menjadi prioritas global. ASEAN Plus Three Leader (Tiongkok, Jepang dan Korea) mengakui bahwa promosi kesehatan mental menjadi salah satu prioritas kesehatan di bawah agenda kesehatan ASEAN. (ant/*)

Redaktur: Asrul Rahmawati

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co KEPRI